20. Nilam
Pogostemon cablin (Blanco)Benth
Sinonim :
Patchouli (Inggeris)
Familia :
Lamiaceae
Uraian :
Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dipercayai berasal
dari Filipina dan banyak terdapat di hutan-hutan kepulauan Filipina. Ia
dibawa masuk dan ditanam di Semenanjung Malaysia pada awal tahun 1800.
Walau bagaimanapun pada awal 1900 dengan kemasukan tanaman getah yang
lebih menguntungkan, tanaman nilam tidak lagi diminati oleh pekebun
kecil di Malaysia. Sekarang nilam diusahakan secara komersial di
Indonesia (Acheh), China dan Brazil. Nilam merupakan tanaman herba
renik, mempunyai banyak cabang dan tumbuh sehingga 1.0 m tinggi. Daunnya
berbentuk ovate, 8−10 cm panjang dan 5−8 cm lebar, tebal dan bergerigi.
Ia berwarna hijau tua keungun-unguan dan mengeluarkan aroma yang unik
bila diramas. Batang dan cabangnya berwarna ungu, berbentuk empat segi
dan diselaputi bulu yang halus. Nilam didapati tidak berbunga di
Malaysia.
Nama Lokal :
Nilam
Pemanfaatan :
Dari segi perubatan tradisional, air rebusan daun nilam dilaporkan digunakan untuk mengubati sakit tekak, asma, batuk dan demam.Daun
nilam yang beraroma boleh menghasilkan minyak pati yang dikenali
sebagai `patchouli oil’ di pasaran antarabangsa. Antara bahan kimia yang
terdapat dalam ‘patchouli oil’ termasuklah benzaldehyde, cardinene,
cinnamic aldehyde, eugenol dan ‘patchouli alcohol’. Minyak nilam banyak
digunakan dalam industri wangian dan cirinya yang boleh mengikat
(fixative) minyak pati yang lain menjadikanya sangat penting dalam
pembuatan minyak wangi. Minyak nilam juga digunakan dalam membuat produk
seperti sabun, bahan pencuci, syampudan ubat antiserangga. Pada
konsitrasi yang rendah, minyak nilam juga digunakan sebagai bahan perisa
dalam produk minuman dan makanan.
21. Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Sinonim :
= P. odorus Ridl. = P. latifolius Hassk. = P hasskarlii Merr.
Familia :
Pandanaccae
Uraian :
Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di
halaman atau di kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi
rawa, dan di tempat-tempat yang agak lembap, tumbuh subur dari daerah
pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 m dpl. Perdu tahunan, tinggi
1-2 m. Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar
tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal,
duduk, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis
spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi
rata, bertulang sejajar, panjang 40 –
80 cm, lebar 3 – 5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan
bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol,
warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4
– 7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga. Pandan wangi selain
sebagai rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak
wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan
sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan
atau penganan. Irisan daun pandan muda dicampur bunga mawar, melati,
cempaka dan kenanga, sering diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi
harum, atau diletakkan di antara pakaian dalam lemari. Daun pandan yang
diiris kecil-kecil juga digunakan untuk campuran bunga rampai atau bunga
tujuh rupa. Perbanyakan dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh
di antara akar-akarnya.
Nama Lokal :
Pandan rampe, p. seungit, p. room, p. wangi (Jawa).; Seuke
bangu, s. musang, pandan jau, p. bebau, p. harum,; pandan rempai, p.
wangi, p. musang (Sumatera). pondang,; pondan, ponda, pondago
(Sulawesi).kelamoni, hao moni,; keker moni, ormon foni, pondak, pondaki,
pudaka (Maluku).; Pandan arrum (Bali), bonak (Nusa Tenggara),;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe;
Lemah saraf (neurastenia), tidak napsu makan, rematik, ; Pegal linu,
sakit disertai gelisah.;
Komposisi :
kandungan kimia : Daun pandan mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna.
Pemanfaatan :
Bagian yang digunakan : Daun.
Indikasi :
Daun pandan berkhasiat untuk mengatasi:
- lemah saraf (neUrasthenia),
- tidak nafsu makan,
- rematik, pegal linu,
- sakit disertai gelisah,
- rambut rontok, menghitamkan rambut, dan
- ketombe.
Cara pemakaian :
Daun pandan segar sebanyak 2 – 5 lembar diiris-iris
secukupnya lalu direbus atau diseduh, minum. Atau daun ditumbuk lalu
diperas dan diminum. Pemakaian luar, daun dicuci bersih lalu digiling
halus. Turapkan pada luka atau kulit kepala yang berketombe.
Contoh pemakaian :
1. Lemah saraf :
Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu dipotong
kecil-kecil. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas.
Setelah dingin disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing- masing 1
gelas.
2. Rematik dan pegal linu :
a. Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu
diiris tipis-tipis. Seduh dengan 1/2 cangkir minyak kelapa yang telah
dipanaskan sambil diaduk merata. Setelah dingin siap digunakan untuk
menggosok bagian tubuh yang sakit.
b. Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20
lembar, cuci Ialu ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan
minyak gandapura masing-masing 1 sendok makan. Aduk sambil diramas
sampai merata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian
tubuh yang sakit.
3. Gelisah :
Daun pandan segar sebanyak 2 lembar dicuci lalu diiris
tipis-tipis. Seduh dengan segelas air panas. Setelah -dingin disaring,
minum sekaligus. Lakukan 2 – 3 kali sehari, sampal tenang.
4. Rambut rontok :
Sebanyak 10 lembar daun waru muda yang segar, segenggam daun
urang-aring, 5 lembar daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 kuntum
bunga melati, dan 1 kuntum bunga mawar, setelah dicuci bersih lalu
dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam
panci email, lalu tambahkan rninyak wijen, minyak kelapa dan minyak
kemiri masing-masing 1/2 cangkir. Panaskan sampai mendidih, lalu
diangkat. Setelah dingin disaring, siap untuk digunakan. Caranya,
oleskan campuran minyak tadi ke seluruh kulit kepala sambil dipijat
ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur, esok paginya rambut dikeramas.
Lakukan 2 – 3 kali seminggu.
5. Menghitamkan rambut :
Daun pandan wangi sebanyak 7 lembar dicuci lalu
dipotong-potong. Rebus dengan 1 liter air sampai warnanya menjadi hijau.
Embunkan air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya, campurkan rebusan
daun pandan tadi dengan air perasan 3 buah mengkudu masak. Air campuran
tadi lalu digunakan untuk meneuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu,
sampai terlihat hasilnya.
6. Ketombe :
Daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu
digiling halus. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih sambil diremas merata.
Peras dan saring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke seluruh
kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering, kalau perlu olesan
diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2 – 1 jam kemudian, rambut dibilas
dengan air bersih. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
22. Pegagan
(Centella asiatica, (Linn), Urb.)
Sinonim :
= Hydrocotyle asiatica, Linn. = Pasequinus, Rumph.
Familia :
Umbelliferae
Uraian :
Terna liar, terdapat di seluruh Indonesia, berasal dari Asia
tropik. Menyukai tanah yang agak lembab dan cukup mendapat sinar
matahari atau teduh, seperti di padang rumput, pinggir selokan, sawah,
dan sebagainya. Kadang-kadang di tanam sebagai penutup tanah di
perkebunan atau sebagai tanaman sayuran (sebagai lalab), terdapat sampai
ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut. Pegagan merupakan terna
menahun tanpa batang, tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon
yang merayap dengan panjang 10 cm – 80 cm, akar keluar dari setiap
bonggol, banyak bercabang yang membentuk tumbuhan baru. Helai daun
tunggal, bertangkai panjang sekitar 5 cm – 15 cm berbentuk ginjal.
Tepinya bergerigi atau beringgit, dengan penampang 1 cm – 7 cm tersusun
dalam roset yang terdiri atas 2 – 10 helai daun, kadang-kadang agak
berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, tersusun dalam karangan
berupa payung, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun.
Tangkai bunga 5 mm – 50 mm. Buah kecil bergantung yang bentuknya
lonjong/pipih panjang 2 – 2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit.
Nama Lokal :
Daun kaki kuda (Indonesia), Pegaga (Ujung Pandang); Antanan
gede, Antanan rambat (Sunda), Dau tungke (Bugis); Pegagan, Gagan-gagan,
Rendeng, Kerok batok (Jawa); Kos tekosan ( Madura), Kori-kori
(Halmahera);
Penyakit Yang Dapat Diobati : Hepatitis,
Campak, Demam, Amandel (Tonsilis), Sakit tenggorokan; Bronkhitis,
Infeksi dan Batu saluran kencing, Mata merah, Wasir; Keracunan, Muntah
darah, Batuk darah, mimisan, Cacingan, Lepra;
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : Seluruh tanaman.
KEGUNAAN :
1. Infectious hepatitis, campak (measles).
2. Demam, radang amandel (tonsillitis), sakit tenggorok, bronchitis.
3. Infeksi dan batu sistem saluran kencing.
4. Keracunan Gelsemium elegans, arsenic.
5. Muntah darah, batuk darah, mimisan.
6. Mata merah, wasir.
7. Sakit perut, cacingan, menambah nafsu makan.
8. Lepra.
Pemakaian : 15 – 30 gram pegagan segar, direbus, minum. Atau dilumatkan, peras, minum airnya.
Pemakaian luar : Dilumatkan, ditempel ke bagian yang sakit. Dipakai untuk: Gigitan, ular, bisul, luka berdarah, TBC kulit.
Cara pemakaian :
1. Kencing keruh (akibat infeksi/batu sistem saluran kencing)
30 gram pegagan segar direbus dengan air cucian beras dari bilasan
kedua.
2. Susah kencing 30 gram pegagan segar dilumatkan, tempel di pusar.
3. Demam Segenggam daun pegagan segar ditumbuk, kemudian
ditambah sedikit air dan garam, saring. Diminum pagi-pagi sebelum makan.
4. Darah tinggi 20 lembar daun pegagan ditambah 3 gelas air, direbus sampai menjadi 3/4-nya. Sehari diminum 3 x 3/4 gelas.
5. Wasir 4-5 batang pegagan berikut akar-akarnya direbus
dengan 2 gelas air selama ± 5 menit. Minum rebusan ini selama beberapa
hari.
6. Pembengkakan hati (liver) 240 gram – 600 gram pegagan segar direbus, minum secara rutin.
7. Campak : 60 -120 gram pegagan direbus, minum
8. Bisul 30 gram – 60 gram pegagan segar direbus, diminum. Pegagan segar dicuci bersih, dilumatkan ditempelkan ke yang sakit.
9. Mata merah, bengkak Pegagan segar dicuci bersih,
dilumatkan, diperas, airnya disaring. Teteskan ke mata yang sakit 3 – 4
kali sehari.
10. Batuk darah, muntah darah, mimisan 60 – 90 gram pegagan segar direbus, atau diperas, airnya diminum.
11. Batuk kering segenggam penuh pegagan segar dilumatkan, peras. Ditambah air dan gula batu secukupnya. Minum.
12. Lepra 3/4 genggam pegagan dicuci lalu direbus dengan 3
gelas air, sampai menjadi 3/4 -nya. Saring, diminum setelah dingin,
sehari 3 x 3/4 gelas.
13. Penambah nafsu makan 1 genggam daun pegagan segar direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1 gelas. Minum sehari 1 gelas.
14. Teh daun pegagan segar berkhasiat Pembangkit nafsu makan,
menyegarkan badan, menenangkan, menurunkan panas, batuk kering,
mengeluarkan cacing di perut, mimisan.
15. Lalaban pegagan berkhasiat segar berkhasiat
Membersihkan darah, terutama pada bisul, tukak berdarah. Memperbanyak empedu, sehingga memperbaiki gangguan pencernaan.
Komposisi :
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Rasa manis, sejuk. Anti
infeksi, antitoxic, penurun panas, peluruh air seni. Kandungan kimia :
Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside,
brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose,
carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium,
magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak. Senyawaan glikosida
triterpenoida yang disebut asiaticoside dan senyawaan sejenis, mempunyai
kasiat anti lepra (Morbus Hansen),
23. Saga
(Abrus precatorius, Linn.)
Sinonim : Abrus frutex, Rumph.
Familia :
Papilonaceae
Uraian :
Saga (Abrus precatoris) termasuk jenis tumbuhan
perdu dengan pokok batang berukuran kecil dan merambat pada inang
membelit-beli ke arah kiri. Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta
berukuran kecil-kecil. Daun Saga menyerupai daun tamarindus indica
dengan bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis (biasa disebut Saga
Manis). Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah
dengan titik hitam mengkilat dan licin. Biji Saga mengandung zat racun
yang disebut abrin, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk pembibitan.
Sedang bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu,
dalam dukungan tandan bunga. Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di
hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Saga
dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian
1000 meter di atas permukaan laut.
Nama Lokal :
Saga (Indonesia), Saga telik / manis (Jawa), Thaga (Aceh);
Saga areuy, saga leutik (Sunda), Walipopo (Gorontalo); Piling-piling
(Bali), Seugeu (Gayo), Ailalu pacar (Ambon); Saga buncik, Saga ketek
(Minangkabau), Kaca (Bugis);
Penyakit Yang Dapat Diobati : Amandel, Radang mata, Sariawan;
Komposisi :
Daun maupun akar tumbuhan abrus pracatorius antara lain
mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, Kalsium Oksalat, glisirizin,
flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan.
Pemanfaatan :
1. Amandel
Bahan: akar Saga secukupnya, 1 potong kayu manis dan gula
batu secukupnya. Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 5
gelas air sampai mendidih hingga tinggal separonya. Cara menggunakan:
disaring dan diminum 2 kali sehari 1 gelas dan pagi, sore.
2. Radang Mata
Bahan : 1 genggam daun Saga. Cara Membuat : daun Saga
digiling halus, kemudian direbus dengan 2 gelas air untuk diambil
uapnya. Cara menggunakan : uap air daun saga tersebut dipakai untuk obat
tetes mata.
3. Sariawan
Bahan : daun Saga secukupnya; Cara Membuat : daun saga yang
masih baru dipetik dijemur beberapa menit agar agak layu. Cara
menggunakan : dikunyah-kunyah sampai halus sambil untuk kumur.
24. Salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)
Sinonim :
= Eugenia polyantha, Wight. = E. lucidula, Miq.
Familia :
Myrtaceae
Uraian :
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di
pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran
rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1,800 m dpi. Pohon bertajuk
rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan
licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1
cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm,
lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau
tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau
harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari
ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat,
diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah
gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya
coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu
dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman
bambu. Perbanyakan dengan biji, cangkok atau stek.
Nama Lokal :
Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean); Meselangan, ubar serai (Melayu),; Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura);
Penyakit Yang Dapat Diobati : Diare, Maag, Kencing manis, Mabuk akibat alkohol;
Komposisi :
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Daun: Rasa kelat,
wangi. Adstringen. Kandungan kimia : Minyak atsiri (0,05 %) mengandung
sitral dan eugenol, tanin dan flavonoida.
Pemanfaatan :
Bagian yang dipakai : Daun, kulit batang, akar dan buah.
Kegunaan :
- Diare.
- Sakit maag (gastritis).
- Kencing manis.
- Mabuk akibat alkohol.
Pemakaian :
Untuk minum : 7-20 lembar daun, direbus. Pemakaian luar :
Kulit batang, daun atau akar setelah dicuci bersih digiling halus sampai
seperti bubur. Digunakan untuk pemakaian setempat pada infeksi kulit
seperti kudis dan gatal-gatal.
Cara pemakaian :
1. Diare
15 g daun dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air
bersih selama 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Setelah dingin disaring
lalu diminum.
2. Kencing manis
7 lembar daun salam dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas
air bersih sampal tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi
untuk 2 kali minum.
3. Sakit maag
15-20 lembar daun dicuci bersih, rebus dengan 1/2 liter air
sampai mendidih. Tambahkan gula merah secukupnya. Minum sebagai teh
setiap hari, sampai rasa penuh dan perih di lambung menghilang.
4. Mabuk akibat alkohol
1 genggam buah salam yang sudah masak dicuci bersih lalu ditumbuk sampai halus. Peras dan saring, lalu diminum.
5. Kudis, gatal
Daun atau kulit batang atau akar, dicuci bersih lalu digiling
halus sampai menjadi adonan seperti bubur. Balurkan ketempat yang
sakit.
25. Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness.)
Sinonim :
= Andrographis paniculata, Ness. = Justicia stricta, Lamk. =
J.paniculata, Burm. = J.latebrosa, Russ.
Familia :
Acanthaceae
Uraian :
I. Uraian Tumbuhan. Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka,
seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di
pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna
semusim, tinggi 50 – 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi
empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal
runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian
bawah hijau muda, panjang 2 – 8 cm, lebar 1 – 3 cm. Perbungaan rasemosa
yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak
daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil, warnanya putih
bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panj ang sekitar 1,5 cm,
lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur
menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda.
Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
II. Syarat Tumbuh a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m – 700 m
di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 2.000 mm – 3.000 mm/tahun
· Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan – 7 bulan · Bulan kering
(di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan – 7 bulan · Suhu udara : 250 C – 320 C ·
Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang b. Tanah · Tekstur : berpasir
· Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 200 cm – 300 cm dari
permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari permukaan
tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 – 6,5 · Kesuburan : sedang – tinggi 2.
Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Buatkan lubang tanam berukuran 25
cm x 25 cm x 25 cm b. Persiapan bibit · Biji disemaikan dalam kantong
plastik. c. Penanaman · Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah
disediakan dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m.
Nama Lokal :
Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). bidara, sadilata,
sambilata,; takila (Jawa). pepaitan (Sumatra).; Chuan xin lian, yi jian
xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,; cong cong (Vietnam). kirata,
mahatitka (India/Pakistan).; Creat, green chiretta, halviva, kariyat
(Inggris).;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hepatitis, infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid,
diare, ; Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, ;
Radang paru (pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis),; Radang
ginjal akut (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), ; Radang usus
buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore),; Kencing manis
(diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma,; Batuk rejan (pertusis),
sesak napas (asma), leptospirosis,; Darah tinggi (hipertensi), kusta
(morbus hansen=lepra),; Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek,
makanan laut,; Kanker:penyakit trofoblas, kehamilan anggur (mola
hidatidosa),; Trofoblas ganas (tumor trofoblas), tumor paru.;
Pemanfaatan :
Bagian yang digunakan :
Herba. Dipanen sewaktu tumbuhan ini mulai berbunga. Setelah dicuci, dipotong-potong seperlunya lalu dikeringkan
Indikasi :
Herba sambiloto ini berkhasiat untuk mengatasi :
- hepatitis, infeksi saluran empedu,
- disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel
(tonsilitis), abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas
(bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga
tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi,
- demam, malaria,
- kencing nanah (gonore),
- kencing manis (DM),
- TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma),
- darah tinggi (hipertensi),
- kusta (morbus hansen = lepra),
- leptospirosis,
- keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,
- kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola
hidatidosa) dan penyakit trofoblas ganas (tumor trofoblas), serta tumor
paru.
CARA PEMAKAIAN :
Herba kering sebanyak 10 – 20 g direbus atau herba kering
digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh, minum atau 3 – 4 kali sehari,
4 – 6 tablet. Untuk pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi,
atau tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya
digunakan untuk cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang
sakit, seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul.
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Tifoid
Daun sambiloto segar sebanyak 10 – 15 lembar direbus dengan 2
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan
madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.
2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru
Herba kering sebanyak 9 – 15 g direbus dengan 3 gelas air
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Air rebusannya diminum
sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
3. Disentri
Herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 g
diuapkan selama 3 – 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang
terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 g sambil
diaduk. Campuran tersebut lalu diminum, sehari 3 kali masing-masing 1/3
bagian.
4. Influenza, sakit kepala, demam
Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh dengan cangkir
air panas. Setelah dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 – 4 kali sehari.
5. Demam
Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan
1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang
digiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.
6. TB paru
Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu
secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm.
Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 – 3 kali, setiap kali
minum 15 – 30 pil.
7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi
Daun sambiloto segar sebanyak 5 – 7 lembar diseduh dengan 1/2
cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah
dingin minum sekaligus. Lakukan sehari 3 kali.
8. Radang paru, radang mulut, tonsilitis
Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 – 4,5 g diseduh
dengan air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum
sekaligus.
9. Faringitis
Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci lalu dibilas dengan air matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan aimya ditelan.
10.Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi
Herba sambiloto segar sebanyak 9 – 15 g direbus dengan 3
gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum 2
kali sehari @ 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling
halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.
11.Kencing manis
Daun sambiloto segar sebanyak 1/2 genggam dicuci lalu direbus
dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin
disaring, lalu diminum sehabis makan, 3 kali sehari @ 3/4 gelas.
Komposisi :
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Herba ini rasanya
pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan usus kecil.
Kandungan kimia : Daun dan percabangannya mengandung laktone yang
terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit),
neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan
homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid,
mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Flavotioid
diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin,
pan.ikulin, mono-0- metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter. Zat
aktif andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektbr
(melindungi sel hati dari zat toksik). Efek Farmakologis dan Hasil
Penelitian : 1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik pada Staphylococcus
aurcus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae,
dan Escherichia coli. 2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan
infeksi. In vitro, air rebusannya merangsang daya fagositosis sel darah
putih. 3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh pemberian
vaksin yang menyebabkan panas pada kelinci. 4. Andrografolid dapat
mengakhiri kehamilan dan menghambat pertumbuhan trofosit plasenta. 5.
Dari segi farmakologi, sambiloto mempunyai efek muskarinik pada pembuluh
darah, efek pada jantung iskeniik, efek pada respirasi sel, sifat
kholeretik, antiinflamasi, dan antibakteri. 6. Komponen aktifnya seperti
ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11,
12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan antipiretik. 7.
Pemberian rebusan daun sambiloto 40% bly sebanyak 20 milkg bb dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (W. Sugiyarto, Fak. Farmasi
UGM, 1978). 8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya dapat
menurunkan suhu tubuh marmut yarrg dibuat demam (Hasir, jurusan Farmasi,
FMIPA UNHAS, 1988). 9. Infus herba sambiloto mempunyai daya antijamur
terhadap Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton
rubrum, Candida albicans, dan Epidermophyton floccosum (Jan Susilo*,
Endang Hanani **, A. Soemiati** dan Lily Hamzah**, Bagian Parasitologi
FK UI* dan Jurusan Farmasi FMIPAUI**, Warta Perhipba No.Flll,
Jan-Maret 1995). 10. Fraksi etanol herba sambiloto mempunyai efek
antihistaminergik. Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan hambatan
kontraksi ileum marmot terisolasi yang diinduksi dengan histamin
dihidroksiklorida (Yufri Aidi, N.C. Sugiarso, Andreanus, AA.S., Anna
Setiadi Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA, ITB, Warta Tumbuhan Obat Indonesia
vol. 3 No. 1, 1996).
26. Sereh
(Cymbopogon nardus (L.) Rendle.)
Sinonim : Andropogon nardus L., Andropogon citriodorus Desf.
Familia :
Poaceae
Uraian :
Perawakan: rumput-rumputan tegak, menahun, perakarannya
sangat dalam dan kuat. Batang: tegak atau condong, membentuk rumpun,
pendek, masif, bulat (silindris), gundul seringkali di bawah buku
bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna merah. Daun:
tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian
permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula), helaian;. lebih
dari separuh menggantung, remasan berbau aromatik. Bunga: susunan malai
atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun: pelindung nyata,
biasanya berwarna sama, umumnya putih. Daun pelindung: bermetamorfosis
menjadi gluma steril dan fertil (pendukung bunga). Kelopak:
bermetamorfosis menjadi bagian palea (2 unit) dan lemma atau sekam (1
unit). Mahkota: bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodicula, berfungsi
untuk membuka bunga di pagi hari. Benang sari: berjumlah 3-6, membuka
secara memanjang. Putik: kepala putik sepasang berbentuk bulu, dengan
percabangan berbentuk jambul. Buah: buah padi, memanjang, pipih dorso
ventral, embrio separo bagian biji. Asal-usul Ceylon. Waktu berbunga
Januari- Desember. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Tumbuh pada
daerah dengan ketinggian 50-2700 m dpl. Di Sri Lanka, tanaman ini tumbuh
alami, namun dapat ditanam pada berbagai kondisi tanah di daerah
tropika yang lembab, cukup sinar matahari dan dengan curah hujan yang
relatif tinggi. Di Indonesia banyak terdapat di Jawa, ditepi jalan atau
dipersawahan dan dikenal dengan nama Sere (New Citronella grass).
Biasanya tumbuh di dataran rendah pada kethiggian 60-140 M dpl.
Perbanyakan: dapat diperbanyak dengan potongan rimpang. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 0,5-1 meter Pemanenan: dilakukan bila tinggi tanaman
telah mencapai 1-1,5 meter. Pemotongan pertama dilakukan pada umur 6-9
bulan. Pemanenan selanjutnya dilakukan selang 3-4 bulan (umur panen
sangat mempengaruhi rendemen minyak atsiri). Penurunan intensitas cahaya
matahari sampai 50% dan pemupukan urea sampai 100 kg/ha dapat berefek
pada peningkatan hasil minyak atsiri sereh wangi. Berat segar daun dan
berat bahan kering daun hanya dipengaruhi oleh dosis pemupukan nitrogen.
Kadar air daun hanya dipengaruhi intensitas cahaya matahari. Tinggi
tanaman dipengaruhi oleh Intensitas cahaya matahari dan dosis pemupukan
nitrogen dan keduanya terdapat interaksi dalam mempengaruhi tinggi
tanaman. Pada jarak tanam yang rapat dapat berefek pada peningkatan
jumlah daun atau anakan pada 5-7 MST, jumlah anakan / rumpun pada 5-15
MST; begitu pula produksi bahan tanaman pada 24 MST serta tidak
berpengaruh pada kandungan geraniol dan sitronelol. Interaksi antara
jarak tanam dan pupuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 5 MST
dan jumlah anakan / rumpun pada 19 MST. Interaksi antara pupuk kandang
den pupuk NPK berpengaruh pada jumlah daun / anakan pada 5 MST.
Interaksi antara pupuk kandang, jarak tanam dan pupuk NPK berpengaruh
pada jumlah anakan / rumpun pada 21 MST. Semakin rapat jarak tanam dapat
berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri; jarak tanam yang semakin
lebar berpengaruh pada tinggi tanaman yang semakin tinggi; dosis
pemupukan tidak berefek pada peningkatan hasil minyak atsiri dan tinggi
tanaman. Jarak tanam dan dosis pemupukan yang berbeda tidak berefek pada
perbedaan hasil berat daun segar dan diameter kanopi pada saat panen.
Jarak tanam 50 x 50 cm berefek pada
lebih beratnya daun kering dari pada jarak tanam yang lebih lebar;,
sedangkan perbedaan dosis pemupukan tidak berpengaruh. Dosis pemupukan
urea 50 kg/ha sampai 100 kg/ha dapat berefek pada kenaikan jumlah anakan
pada saat panen, sedangkan jarak tanam 90×90 cm akan mempercepat
pembentukan anakan.
Nama Lokal :
–
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Akar: digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat,
peluruh dahak / obat batuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan.
Daun: digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan,
pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang.
Komposisi :
Daun: daun sereh dapur: 0,4% minyak atsiri dengan komponen
yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), (a-pinen, kamfen,
sabinen, mirsen, ß-felandren, p-simen, limonen, cis-osimen, terpinol,
sitronelal, borneol, terpinen-4?ol, a-terpineol, geraniol, farnesol,
metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat,
geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat,
ß-elemen, ß-kariofilen, ß-bergamoten, trans-metilisoeugenol, ß-kadinen,
elemol, kariofilen oksida. Pada penelitian lain pada daun ditemukan
minyak atsiri 1% dengan komponen utama (+) sitronelol, geranial (lebih
kurang 35% dan 20%), disamping itu terdapat pula geranil butirat,
sitral, limonen, eugenol, dan metileugenol. Sitronelol hasil isolasi
dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal
dan (S) sitronelal. Pada jenis Cymbopogon yang lain (Cymbopogon
giganteus chiovenda) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari limonen,
p-mentha-1,5, 8-trien; 1,2 limonenoksida; p-mentha-2,8-dien-l-ol;
Dekan-2,4dien-l-ol; p-metilasetofenon; trans-p-menta-1(7), 8dien-2-ol;
Decan-2, 4-dienal; isopiperitenol; cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil alkohol; perililaldehid; perilil alkohol.
Pemanfaatan :
Untuk penghangat badan:
5 gram akar segar Andropogon nardus, dicuci dan direbus
dengan 1 gelas air selama 15 menit; kemudian diminum 2 kali sehari
masing?masing 1/2 gelas, pagi dan sore .
27. Sirih
(Piper betle, Linn.)
Sinonim : Chavica auriculata Miq. Artanthe hixagona.
Familia :
Piperaceae
Uraian :
Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat
dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu
mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung dan
tangkainya agak panjang. Permukaan daun berwarna hijau dan licin,
sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau agak
kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun
sirih disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan
oleh ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan ‘nginang’ (Jawa). Biasanya
kelengkapan untuk ‘nginang’ tersebut adalah daun sirih, kapur sirih,
pinang, gambir, dan kapulaga.
Nama Lokal :
Betel (Perancis), Betel, Betelhe, Vitele (Portugal); Sirih
(Indonesia), Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda); Ju jiang (China).;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit mata, Eksim, bau mulut, kulit gatal, Menghilangkan
jerawat; Pendarahan gusi, Mimisan, Bronkhitis, Batuk, Sariawan, Luka;
Keputihan, Sakit jantung, Sifilis, Alergi/biduren, Diare, Sakit gigi;
Komposisi :
Daun sirih mengandung ragam senyawa kimia yang diperlukan untuk membuat ramuan tradisional
Pemanfaatan :
1. Mengurangi produk ASI yang berlebihan
Bahan: 4 lembar daun sirih dan minyak kelapa secukupnya. Cara
membuat: daun sirih diolesi dengan minyak kelapa, Kemudian dipanggang
dengan api. Cara menggunakan: dalam keadaan masih hangat ditempelkan di
seputar buah dada.
2. Keputihan
Bahan: 7 – 10 lembar daun sirih. Cara membuat: direbus dengan
2,5 liter air sampai mendidih. Cara menggunakan: air rebusan daun sirih
tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk membasuh/membersihkan
seputar kemaluan secara berulang-ulang.
3. Sakit Jantung
Bahan: 3 lembar daun sirih, 7 pasang biji kemukus, 3 siung
bawang merah, 1 sendok jintan putih. Cara membuat: semua bahan tersebut
ditumbuk sampai halus, ditambah 5 sendok air panas, dibiarkan beberapa
menit, kemudian diperas dan disaring. Cara menggunakan: diminum 2 kali 1
hari dan dilakukan secara teratur.
4. Sifilis
Bahan : 25 – 30 lembar daun sirih bersama tangkainya; 0,25 kg
gula aren dan garam dapur secukupnya. Cara membuat: semua bahan
tersebut direbus bersama dengan 2 liter air sampai mendidih, kemudian
disaring. Cara menggunakan: diminum 3 kali 1 hari secara terus menerus.
5. Alergi/biduren
Bahan : 6 lembar daun sirih, 1 potong jahe kuning, 1,5 sendok
minyak kayu putih. Cara membuat : semua bahan tersebut ditumbuk
bersama-sama sampai halus. Cara menggunakan : Dioleskan/ digosokkan pada
bagian badan yang gatal-gatal.
6. Diare
Bahan : 4 – 6 lembar daun sirih, 6 biji lada, 1 sendok makan
minyak kelapa. Cara membuat : semua bahan tersebut ditumbuk bersama-sama
sampai halus. Cara menggunakan : digosokkan pada bagian perut.
7. Menghentikan pendarahan gusi
Bahan : 4 lembar daun sirih. Cara membuat : direbus dengan 2
gelas air sampai mendidih. Cara menggunakan : setelah dingin dipakai
untuk kumur, diulang secara teratur sampai sembuh.
8. Menghentikan pendarahan hidung (mimisen = Jawa)
Bahan : 1 lembar daun sirih. Cara membuat: daun sirih
digulung sambil ditekan-tekan sedikit supaya keluar minyaknya. Cara
menggunakan: dipakai untuk menyumbat hidung yang berdarah/mimisen.
9. Sakit gigi berlubang
a. Bahan : 1 lembar daun sirih. Cara membuat : direbus dengan
2 gelas air sampai mendidih Cara menggunakan : setelah dingin dipakai
untuk kumur, diulang secara teratur sampai sembuh.
b. Bahan : 2 lembar daun sirih diremas, Garam 0,5 sendok.
Cara membuat : diseduh dengan air panas 1 gelas, aduk sampai garam
larut, biarkan sampai dingin. Cara pemakaian : dipakai untuk
berkumur-kumur.
10.Bronkhitis
Bahan : 7 lembar daun sirih dan 1 potong gula batu. Cara
membuat : daun sirih dirajang, kemudian direbus bersama gula batu dengan
air 2 gelas sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, dan disaring. Cara
menggunakan : diminum 3 kali sehari 3 sendok makan.
11.Batuk
a. Bahan : 4 lembar daun sirih. Cara membuat : direbus dengan
2 gelas air sampai mendidih Cara menggunakan : setelah dingin dipakai
untuk kumur, diulang secara teratur sampai sembuh.
b. Bahan : 4 lembar daun sirih. Cara membuat : direbus dengan
2 gelas air sampai mendidih. Cara menggunakan : setelah dingin dipakai
untuk kumur, diulang secara teratur sampai sembuh.
c. Bahan : 4 lembar daun sirih, 3 lembar daun widoro upas dan
madu secukupnya. Cara membuat : daun sirih diiris-iris, kemudian
direbus bersama daun widoro dengan 2 gelas air sampai mendidih. Cara
menggunakan : setelah dingin dipakai untuk kumur, diulang secara teratur
sampai sembuh.
d. Bahan : 4 lembar daun sirih. Cara membuat : direbus dengan
2 gelas air sampai mendidih. Cara menggunakan : setelah dingin dipakai
untuk kumur, diulang secara teratur sampai sembuh.
28. Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza, Roxb.)
Sinonim :
Familia :
Zingiberanceae
Uraian :
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan di
hutan-hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah
tegalan sekitar pemukiman, terutaama pada tanah gembur, sehingga buaah
rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Temulawak termasuk jenis
tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan
tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap helaian
dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak
mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning
tua. Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat.
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan
daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Daerah tumbuhnya selain di
dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500
meter di atas permukaan laut.
Nama Lokal :
Temulawak, Temu putih (Indonesia), Temulawak (Jawa); Koneng Gede (Sunda), Temulabak (Madura);
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit limpa, Sakit ginjal, Sakit pinggang, Asma, Sakit
kepala; Masuk angin, Maag, Sakit perut, Produksi ASI, Nafsu makan;
Sembelit, Sakit cangkrang, Cacar air, Sariawan, Jerawat;
Komposisi :
Kandungan kimia : Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai
beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan
turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak
atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin yang
terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris,
disamping sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik
(anti keracunan empedu).
Pemanfaatan :
1. Sakit Limfa
Bahan : 2 rimpang temulawak, 1/2 rimpang lengkuas, 1 genggam
daun meniran. Cara membuat : temulawak dan lengkuas diparut, kemudian
semua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, dan
disaring. Cara menggunakan : diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
2. Sakit Ginjal
Bahan : 2 rimpang temulawak, 1 genggam daun kumis kucing, 1
genggam daun kacabeling. Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis,
kemudian direbus bersama dengan bahan lainnya dengan 1 liter air, dan
disaring. Cara menggunakan : diminum selama 3 hari.
3. Sakit Pinggang
Bahan : 1 rimpang temulawak, 1 rimpang kunyit sebesar ibu
jari, 1 genggam daun kumis kucing. Cara membuat : semua bahan tersebut
direbus dengan 1 liter air, dan disaring. Cara menggunakan : diminum 1
kali sehari 1 gelas.
4. Asma
Bahan : 1 1/2 rimpang temulawak, 1 potong gula aren. Cara
membuat : temulawak diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Setelah kering
direbus dengan 5 gelas air ditambah 1 potong gula aren sampai mendidih
hingga tinggal 3 gelas, kemudian disaring.
5. Sakit Kepala dan masuk angin.
Bahan : beberapa rimpang temulawak. Cara membuat : temulawak
diiris tipis-tipis, dikeringkan dan ditumbuk halus menjadi tepung.
Kurang lebih 2 genggam tepung temulawak direbus dengan 4-5 gelas air
sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas, kemudian disaring disaring.
6. Maag
Bahan : 1 rimpang temulawak. Cara membuat : temulawak diiris
tipis-tipis dan diangin-anginkan sebentar, kemudian direbus dengan 5-7
gelas air sampai mendidih, dan disaring. Cara menggunakan : diminum 1
kali sehari 1 gelas.
7. Sakit perut, Sakit perut pada waktu haid
Bahan : 1 rimpang temulawak, 3 buah mata asam, 1 potong gula
kelapa, garam secukupnya. Cara membuat : temulawak diparut, kemudian
direbus bersama bahan lainnya dengan 3-4 gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 2 gelas. Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 1
cangkir, pagi dan sore.
8. Menghilangkan bau amis sewaktu haid :
Bahan : 1 rimpang temulawak, 5 buah mata asam, 1 potong gula
kelapa. Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis dan
diangin-anginkan, kemudian bersama bahan lainnya ditaruh dalam waskom
(rantang/ panci), diberi 2 gelas air panas dan ditutup rapat selama
kurang lebih 15 menit, dan disaring. Cara menggunakan : diminum 3 kali, 1
kali sehari.
9. Memperbanyak produksi ASI
Bahan : 1 1/2 rimpang temulawak, dan tepung saga secukupnya.
Cara membuat : temulawak diparut, kemudian kedua bahan tersebut dicampur
dan ditambah air panas secukupnya sehingga menjadi bubur. Cara
menggunakan : dimakan biasa.
10.Memacu ASI yang macet
Bahan : 1 1/2 rimpang temulawak diparut, 1 potong gula
kelapa, 2-3 sendok makan adonan sagu. Cara membuat : temulawak diparut,
kemudian bersama bahan lainnya direbus dengan 1 liter air sampai
mendidih dan disaring. Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 1
cangkir secara teratur.
11.Kesulitan buang air besar/berak
Bahan : 1 rimpang temulawak, 3 buah mata asam, 1 potong gula
kelapa. Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan
sampai kering, kemudian bersama bahan lainnya diseduh dengan air panas
secukupnya dan disaring. Cara menggunakan : diminum biasa.
12.Sembelit
Bahan : 1 rimpang temulawak dan biji sawi secukupnya. Cara
membuat : kedua bahan tersebut ditumbuk sampai halus, kemudian diseduh
dengan air panas secukupnya dan disaring. Cara menggunakan : diminum
biasa.
13.Menambah nafsu makan
Bahan : 2 rimpang temulawak, 1/4 rimpang lengkuas, 1/2
genggam daun meniran. Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan
3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 1/2 gelas.
29. Temu Putih
(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
Sinonim :
–
Familia :
Zingiberaceae
Uraian :
Herba setahun, dapat lebih dari 2 m. Batang sesungguhnya
berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat
tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan
aromatilc. Daun tunggal, pelepah daun membentuk batang semu, berwarna
hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali
lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata,
hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80
cm atau lebih. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer,
tangkai berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea;
rata-rata 3-8 x l,5-3,5cm. Kelopak 3 daun, putih atau kekuningan, bagian
tengah merah atau coklat kemerahan, 3 -4 cm. Mahkota: 3 daun, putih
kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir bibiran membulat atau bulat
telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau
kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat
telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3 5 x 2-4 mm,
kepala sari putih, 6 mm. Buah: berambut, rata-rata 2 cm. Waktu berbunga
Agustus – Mei. Tumbuh di daerah tropis, 750 m dpI di Jawa dibudidayakan
sebagai tanaman obat, di bawah naungan. Produksi terpenoid pada kultur
organ Curcuma zeodaria relatif lebih banyak bila dibandingkan kultur
kalus. Diferensiasi sel dapat menginduksi biosintesis terpenoid.
Nama Lokal :
Nama simplisia : Zedoariae Rhizoma; rimpang temu putih Penyakit Yang Dapat Diobati :
Efek biologi dan farmakologi : Minyak atsiri Curcuma zedoaria dapat
menghambat pembentukan radang pada tikus putih galur Wistar, pada dosis
800 mg/kg BB. Infusa temu putih berefek hepatoprotektif pada tikus
terisolasi. Infusa temu putih sejumlah 0,0 1 mg/ml, 05 1 mg/ml dan 1
mg/ml dapat menekan rembesan enzim GPT ke media suspensi hepatosit tikus
terisolasi yang disebabkan oleh hidrazin 1 MM. Seduhan serbuk rimpang
dengan kisaran dosis 15,75- 126 mg/kg BB dapat meningkatkan regenerasi
sel hati tikus yang terangsang galaktosamina. Perasan rimpang pada dosis
7,87, 1,97; 0,49 mg/kgBB berefek hepatoprotektif dan mempercepat
regenerasi sel hepar tikus terangsang karbontetraklorida WC14). Potensi
hepatoregeneratif perasan rimpang pada tikus terangsang CCl4 terbesar
pada dosis 1,97 mg/kgBB . Toksisitas : Potensi ketoksikan akut salah
satu sediaan serbuk runpang yang beredar di pasaran (LD50 semu) lebih
besar dari 2375 mg/kgBB.
Pemanfaatan :
Kegunaan di masyarakat : Sebagai obat kudis, radang kulit,
pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan
serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas.
Komposisi :
Rimpang mengandung zat wama kuning kurkumin
(diarilheptanoid). Kornponen minyak atsiri dari rimpang Cucrcuma
zedoaria terdiri dari: turunan Guaian (Kurkumol, Kurkumenol,
Isokurkumenol, Prokurkumenol, Kurkurnadiol), turunan Germakran (Kurdion,
Dehidrokurdion); Seskuiterpen furanoid dengan kerangka eudesman
(Kurkolon). Kerangka Germakran (Furanodienon, Isofuranodienon, Zederon,
Furanodien, Furanogermenon); kerangka Eleman (Kurserenon identik dengan
edoaron, Epikurserenon, Isofurano germakren); Asam-4-metoksi sinamat
(bersifat fungiStatik). Dari hasil penelitian lain ditemukan
kurkumanolid A, kurleumanolid B, dan kurkumenon.’0)
30. Yodium
Jatropha muitifida L
Sinonim :
–
Familia :
Euphorbiaceae
Uraian :
Habitus, semak, tahunan, tinggi ± 2 m. Batang berkayu,
pangkal membesar, bergetah, penampang bulat, bekas daun nampak jelas,
masih muda hijau setelah tua putih kehijauan. Daun tunggal, tersebar,
panjang 15-20 cm, bulat, bercangap, pertulangan menjari, ujung runcing,
pangkal membulat, tepi rata, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai,
bertangkai, di ujung cabang, benang sari delapan, kepala sari bentuk
tapal kuda, putik tiga, pendek, kelopak bercangap, merah. Buah kendaga,
panjang ± 1,5 cm, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji bulat,
masih muda putih setelah tua coklat. Akar tunggang, putih kekuningan.
Nama Lokal :
Jarak gurita (Sunda) Jarak cina (Jawa tengah), Balacai batai (Ternate)
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sebagai obat luka Pemanfaatan :
Getan daun Jatropha multilida berkhasiat sebagai obat luka
baru. Untuk obat luka baru dipakai getah daun segar Jatropha multifida,
1-2 lembar diteteskan pada luka.
Komposisi :
Batang Jatropha multitida mengandung alkaloida, saponin,flavonoida dan tanin.
Sumber: http://regasukarsa.wordpress.com/2010/10/page/18/